[Review Novel] : Critical Eleven Karya Ika Natassa
Daftar Isi
Ika Natassa punya gaya penulisan khas yang bisa langsung
dikenali pembaca. Ika berhasil menggambarkan secara proporsional karakter tiap-tiap
tokoh dalam novel garapannya termasuk Critical Eleven ini. Ika menuturkannya
dengan cantik bahkan bagaimana Anya ngambek kepada Ale pun seperti nyata, terasa
dan tidak bertele-tele.
Critical Eleven, istilah sebelas menit paling kritis dalam
dunia penerbangan dimulai dengan tiga menit setelah take off dan delapan menit
sebelum landing. Bagi Anya dan Ale, Critical Eleven adalah sebelas menit
penting pada momen pertemuan pertama mereka. Dimulai dari tiga menit pertama
saat Anya terpikat pada Ale di penerbangan Jakarta-Sydney, tujuh jam berikutnya
mereka duduk bersebelahan. Hingga delapan menit sebelum perpisahan Ale yakin
dia menginginkan Anya.
Diceritakan secara bergantian dari sudut pandang Anya dan
Ale, Critical Eleven sukses meraih antusias pembaca hingga berhasil cetak
hingga 23 kali pada 2017. Psssst, novel ini juga sukses di filmkan lho! Jadi
novel ini bukan sekedar cocok di baca untuk menghabiskan waktu luang saja namun
juga dijadikan referensi seputar kehidupan pernikahan.
Novel ini punya dua sampul berbeda. Cetakan lama bergambar
pesawat terbang dan yang terbaru adalah adegan saat Reza Rahardian (pemeran
Ale) memeluk Adinia Wirasti (pemeran Anya) dari belakang.
Dalam 30 babnya, kita sebagai pembaca bisa belajar tentang
pernikahan dan lika-likunya dari kehidupan Anya dan Ale, tentang kesabaran,
komitmen hingga pengorbanan dalam hidup. Ada banya kejadian pelik namun
mengharukan di kehidupan rumah tangga Ale dan Anya.
Misalnya ketika keduanya pisah ranjang karena Ale, tanpa
disengaja dan terduga mengatakan hal yang menyinggung perasaan Anya saat ia mengalami
keguguran. Kita bisa belajar bahwa keharmonisan rumah tangga bisa langsung
sirna begitu saja, berubah menjadi rumit karena ucapan.
Ada banyak pula kutipan asyik yang bisa kita
tertawakan bahkan amini dalam novel ini. Tiap penuturannya pun meski
menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris mudah dipahami dan lebih ekspresif. Secara
tak langsung menggambarkan jika Ika selaku penulis memiliki wawasan yang luas.
Posting Komentar